Pages

28 Januari 2011

Rela Berkorban bagi Sesama




Umurnya baru sepuluh tahun. Namun anak lelaki ini tampak sangat licah siang itu. Dengan sigap ia menyalib di sela-sela kepadatan kendaraan di perempatan lampu merah simpang Charitas, Palembang. Dengan tangan yang menengadah, ia mengulur kepada setiap pengendara kendaraan siang itu. Ia menghampiri para pengendara itu satu demi satu. Ada yang memberinya sejumlah uang. Ada yang menoleh saja tidak. Namun anak itu tetap melakukan pekerjaannya. Ia tidak putus asa.

Suatu saat seorang pengendara bertanya kepadanya, “Untuk apa kamu lakukan semua itu?”

Tanpa malu anak itu menjawab, ”Saya lakukan semua ini untuk ibu saya yang terbaring sakit. Ayah saya sudah lama meninggalkan ibu dan kami. Kami tidak tahu dia ada di mana. Jadi saya harus mencari uang untuk menghidupi keluarga.”

Pengendara itu tertegun mendengar kisah anak itu. Lantas ia bertanya lagi, ”Jadi kamu tidak sekolah?”

Anak itu berkata, ”Tentu saja tidak! Kalau saya pergi ke sekolah, siapa yang akan mencari uang?”

Pengendara itu pun jatuh kasihan kepadanya. Ia memberinya sejumlah uang untuk anak itu. Hari itu, anak itu boleh bersukacita. Ia boleh pulang ke rumahnya dan membelikan obat untuk sang mama yang sedang sakit itu.

Sahabat, pengorbanan adalah salah satu keutamaan hidup orang beriman. Pengorbanan itu membuahkan kasih bagi orang lain. Orang yang rela berkorban itu orang yang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Orang yang mempunyai hati bagi sesamanya.

Karena itu, pengorbanan mesti selalu ada dalam diri setiap orang beriman. Orang yang berani berkorban akan menemukan sukacita dan damai dalam hidupnya. Orang yang mampu mendekatkan dirinya dengan Sang Khalik.

Kisah heroik anak kecil di atas sungguh menyentuh hati. Ia rela mengorbankan hidupnya untuk sesamanya yang paling dekat yang sedang sakit. Ia tidak peduli akan panas di siang hari yang menyengat tubuhnya. Ia rela kehilangan pendidikan yang sangat berharga bagi masa depannya. Hal itu ia lakukan demi kelangsungan hidup keluarganya.

Pertanyaan bagi kita yang hidup di zaman modern ini adalah masihkah kita rela berkorban bagi sesama kita? Bukankah pengorbanan itu mengambil begitu banyak hal dari diri kita?

Sebagai orang beriman, pengorbanan yang kita lakukan mesti didasarkan pada semangat kasih Tuhan yang begitu besar kepada kita. Kita telah diberi begitu banyak rahmat oleh Tuhan bagi hidup kita. Karena itu, kita mesti berani mengorbankan hidup kita bagi rahmat Tuhan itu. Dengan demikian, semangat kasih Tuhan juga dialami oleh semua orang yang kita jumpai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

601

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.