Pages

16 Desember 2012

Mengelola Luka Batin

Pernahkah Anda merasa hati Anda sangat sakit oleh perbuatan sesama Anda? Saya yakin, setiap dari kita pernah mengalami hal ini. Soalnya adalah bagaimana kita mengelola rasa sakit itu?

Ada seorang ibu yang mengalami luka batin. Hatinya terasa sangat sakit. Mengapa? Karena suami yang sangat dicintai telah meninggalkan dirinya. Padahal mereka telah memiliki empat orang anak yang manis-manis. Ibu itu mesti membesarkan empat orang anak itu seorang diri.

Hati ibu itu semakin sakit ketika ia mendengar bahwa sang suami telah hidup dengan perempuan lain. Bahkan perempuan itu telah memiliki dua orang anak yang kini duduk di bangku SMP. Dua anak itu hasil hubungan dengan suaminya. Bukan dengan lelaki yang lain. Hari-hari ibu itu dipenuh dengan duka nestapa.

Ibu itu berkata dalam hatinya, “Mengapa dia mengatakan masih bujang ketika menikahi saya? Bukankah dia sudah punya dua orang anak? Begitu tega dia membohongi saya.”

Namun ibu itu kemudian sadar bahwa sesal kemudian tidak berguna. Ia kemudian menjalani hidup ini apa adanya. Ia berjuang untuk mencari nafkah bagi keempat anaknya. Ia juga melayani sesamanya. Ia berusaha untuk mengisi batinnya dengan hal-hal yang baik dan benar. Ia mendapatkan cinta yang begitu besar dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

Suatu hari, ia menyadari bahwa luka batin itu telah hilang dari dalam batinnya. Ia berkata, “Seiring dengan pertumbuhan anak-anak saya, luka batin itu telah hilang. Sekrang hati saya dipenuhi oleh cinta yang begitu indah. Hati saya sekarang dipenuhi oleh cinta anak-anak saya, cinta Tuhan dan cinta dari orang-orang sekitar saya. Sungguh indah hidup ini.”

Setiap orang pernah mengalami luka batin. Setiap orang punya luka batin. Luka batin itu ditimbulkan oleh berbagai persoalan dalam hidup ini. Luka batin itu tersembunyi di bawah kesadaran manusia. Luka batin itu sangat menyakitkan. Kalau orang tidak bisa mengolahnya, orang akan merasa tertekan seumur hidupnya. Apalagi kalau orang tidak berani menghadapi luka batin itu. Luka batin akan semakin terpendam dan tidak pernah sembuh.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa hanya orang yang berani menghadapi luka batinnya akan menemukan sukacita dalam hidup. Hanya orang yang mau tersembuhkan dari luka batinnya, orang itu mengalami dalam hidupnya. Orang mengalami cinta yang lebih besar. Orang akan mengalami hidup yang lebih indah dalam hidupnya.

Menyalahkan orang lain yang membuat hati kita terluka tidak akan menyembuhkan luka batin kita. Luka batin berakar di dalam batin kita, bukan di luar kita. Karena itu, bila kita merasakan kesakitan yang dalam, kita mesti berhenti menyalahkan orang lain. Kita menghadapi suasana seperti itu dengan hati yang lapang.

Orang beriman tentu senantiasa menyertakan Tuhan dalam upaya menyembuhkan luka batinnya. Untuk itu, kita mesti membuka hati kita lebar-lebar bagi rahmat penyembuhan dari Tuhan bagi batin kita. Kita biarkan Tuhan memenuhi hati kita dengan kasihNya yang besar dan bermakna. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ