Pages

28 Maret 2014

Berani Memberi dengan Sukacita

Sering orang merasa bahwa apa yang dimilikinya itu mesti dipertahankan sedapat mungkin. Tidak perlu diberikan kepada orang lain. Namun ketika orang berani memberi apa yang dimilikinya untuk orang lain, orang akan mengalami sukacita.

Suatu hari seorang pemuda menemukan sejumlah orang miskin yang sangat menderita. Ia merasa terpukul atas kondisi tersebut. Bagaimana mungkin di sebuah Negara yang makmur ini ternyata masih ada banyak orang yang menderita. Pemuda itu menyaksikan orang-orang itu menggigil, karena menahan lapar. Mereka mengerang-erang kesakitan, karena luka-luka bernanah yang tak terobati.

Lantas pemuda itu meninggalkan orang-orang itu. Ia tidak tahan melihat penderitaan mereka. Namun ia kembali lagi kepada mereka dengan sejumlah makanan, minuman dan obat-obatan. Ia memberi mereka makan. Ia mengobati luka-luka mereka. Beberapa saat kemudian orang-orang itu mulai berhenti menggigil. Kaki-kaki mereka pun mulai kuat untuk melangkah. Mereka mulai tersenyum.

Uluran kasih dari sesama mampu meringankan penderitaan. Orang-orang itu pun boleh menikmati sesaat sukacita. Mereka boleh mengalami indahnya kasih Tuhan melalui tangan-tangan yang dengan tulus memberi bantuan. Bagi mereka, itulah saat yang paling indah dalam hidup mereka. Suatu saat yang telah memberi mereka kesegaran raga. Saat di mana mereka boleh mengatakan bahwa Tuhan masih ada bersama mereka.

Sahabat, ada begitu banyak penderitaan di dunia ini. Orang mengalami penderitaan materiil seperti tidak punya rumah yang layak, berbagai macam penyakit dan kelaparan. Mereka berjuang untuk keluar dari penderitaan itu. Namun sering terjadi kebuntuan dalam hidup mereka. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena ada ketidakpedulian dari sesama manusia. Ada hati manusia yang tertutup begitu rapat oleh penderitaan sesamanya.

Tambahan lagi ada orang-orang yang tamak dan serakah. Orang-orang seperti ini enggan memberi sedikit dari kepunyaannya untuk sesamanya. Lebih baik mereka menyimpannya untuk diri mereka sendiri daripada mesti memberikannya untuk orang-orang yang tidak mereka kenal.

Karena itu, sedikit pemberian akan sangat bernilai bagi hidup manusia yang mengalami penderitaan itu. Seteguk air atau segenggam nasi akan sangat berharga bagi seorang penderita lapar. Akan ada sukacita yang begitu besar, ketika orang memberi dengan tulus mereka yang membutuhkan makanan.

Sebagai orang beriman, kita semua memiliki tugas dan kewajiban untuk membantu sesama yang berkekurangan. Ketika kita membantu mereka sebenarnya kita memberi kesempatan kepada mereka untuk bersukacita. Mereka memiliki kesempatan untuk berbahagia, meski hanya sesaat.

Mari kita mengulurkan tangan kita dengan hati yang tulus. Dengan demikian, semakin banyak orang akan menemukan bahagia dan damai dalam hidupnya. Hanya dengan cara ini orang beriman mengamalkan cinta kasih dalam hidupnya. Hanya dengan memberi sesama yang membutuhkan, kita dapat mengenal Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu secara lebih dekat. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

SIGNIS INDONESIA/Majalah FIAT
1084

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.