Pages

01 September 2014

Membiarkan Diri Dipenuhi Kedamaian



Apa yang Anda kejar dalam hidup ini? Saya yakin, Anda sedang mengejar damai untuk perjalanan hidup Anda.

Suatu hari, sepasang suami istri yang sudah tua hendak melakuakn suatu perjalanan. Berbagai persiapan mereka lakukan untuk mencapai tujuan perjalanan mereka. Perjalanan itu akan mereka tempuh dalam waktu yang lama dengan naik turun bus umum. Namun mereka merasa perjalanan akan berlangsung mudah, karena mereka sudah terbiasa bepergian dengan kendaraan umum.

Sebelum mereka melakukan perjalanan itu, mereka berdoa sejenak di ruang tengah rumah. Mereka ingin agar perjalanan itu bukan hanya suatu perjalanan manusiawi. Perjalanan itu juga menjadi suatu perjalanan rohani bagi mereka. Lantas mereka pun melangkahkan kaki menuju terminal.

Lantas dengan karcis yang ada, mereka naik ke dalam bus yang akan memberangkatkan mereka. Wajah suami istri itu berseri-seri. Mereka ingin menikmati perjalanan yang membahagiakan. Mereka ingin mengalami damai dalam hidup. Damai itu mesti dikejar, tidak hanya menunggu damai itu datang.

Di suatu pemberhentian, sang suami bertanya kepada isterinya, “Mak, apakah mama tidak lupa mengunci semua kunci? Bagaimana dengan kucing kesayangan kita? Apakah sudah diserahkan kepada cucu kita?”

Sang istri terkejut mendengar pertanyaan-pertanyaan dari suaminya. Ia pun memeriksa tasnya, apakah ia membawa kunci. Kunci ia bawa, tetapi apakah ia mengunci semua pintu? Ia merasa ragu. Dan kucing kesayangan mereka? Hmm ternyata sang cucu belum mengambilnya. Kucing itu masih tertidur di dapur.

Ia menjadi resah. Namun ia merasa tenang-tenang saja. Ia tidak ingin perjalanannya terganggu. Ia yakin, cucunya akan datang ke rumahnya. Sang cucu akan mengunci rumah, kalau belum dikunci. Sang cucu akan mengambil kucing.

Ia berkata kepada suaminya, “Bapak tidak usah kuatir. Semuanya akan berjalan dengan baik.”

Sahabat, banyak orang kuatir akan hal-hal yang kurang penting dalam hidup ini. Seolah-olah hal-hal itu sungguh-sungguh menguasai hidup mereka. Akibatnya, orang tidak merasa tenang dalam hidupnya. Orang merasa kedamaian masih jauh dari harapan. Orang mengalami kegundahan dalam hidupnya.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk menjalani hidup ini dengan tidak kuatir. Sang nenek ingin hidupnya lebih damai. Ia tidak ingin dikuasai oleh hal-hal yang tidak perlu. Biarlah harta kekayaan bukan menjadi yang utama dalam hidupnya. Biarlah hidup yang damai menjadi segala-galanya dalam pergumulan hidupnya.

Bagi orang beriman, harta kekayaan bukanlah segala-galanya. Mengapa? Karena harta kekayaan itu dapat binasa. Habis dimakan zaman. Memang, tanpa harta kekayaan kita tidak dapat hidup dengan damai dan sejahtera. Untuk itu, orang mesti menyerahkan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan.

Kecemasan atau kekuatiran hanya akan menambah beban hidup manusia. Orang mesti berani meninggalkan kecemasan hidupnya untuk meraih damai yang gilang-gemilang. Untuk itu, kita mesti berani berjuang untuk merebut damai dalam hidup ini. Jangan kita hanya duduk-duduk mengharapkan damai dengan penuh kecemasan turun dari langit. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1146

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.