Pages

03 September 2014

Memiliki Hati yang Berbela Rasa




Apa yang akan Anda lakukan ketika berhadapan dengan sesama yang sedang menderita? Anda biarkan dia begitu saja? Atau Anda mau hadir dalam penderitaannya?

Seorang ibu tua menanti dengan setia setiap perkembangan yang dilaporkan mengenai hilangnya Pesawat Malaysia Airlines. Dia menanti anak lelakinya yang berada di dalam pesawat tersebut.

"Anakku umurnya 40 tahun. Anakku.. Anakku.. Apa yang harus ibu lakukan untuk menemukanmu?" tanya ibu itu.

Saat itu, hari Senin (10/3), ibu itu berada di dekat ruang konferensi pers terkait hilangnya Malaysia Airlines, di Hotel Lido, Beijing, China. Pihak keluarga penumpang Malaysia Airlines hingga saat itu masih menunggu perkembangan kabar mengenai keberadaan pesawat dan kondisi penumpang. Namun sudah tiga hari, pencarian belum menemukan titik terang.

Perkembangan terakhir, Angkatan Laut Vietnam telah menemukan sebuah objek yang mengambang di perairan dekat Pulau Tho Chu, Vietnam. Benda itu kemudian menjadi fokus pencarian oleh Vietnam National Search and Rescue (VNSR). Menurut juru bicara VNSR Hung Nguyen, helikopter sulit untuk mendekati titik objek karena cuaca yang kurang mendukung.

Pada awalnya, empat negara yakni China, Vietnam, Singapura dan Malaysia, bergabung melakukan pencarian atas keberadaan burung baja berusia 11 tahun tersebut. Mayoritas dari penumpang Malaysia Airlines berkewarganegaraan China. Terdapat tujuh penumpang asal Indonesia yang hingga kini juga belum mendapat info lebih lanjut. Keluarga sudah dimintai sampel DNA untuk mengantisipasi hal terburuk.

Sahabat, di saat susah orang mesti memiliki sikap solider terhadap sesamanya. Inilah semangat orang beriman. Semangat ini tentu dilandasi oleh semangat kasih terhadap sesama yang menderita. Orang memiliki kasih yang begitu mendalam terhadap sesamanya. Dengan kasih itu, orang berani berkorban bagi sesamanya.

Kisah di atas memberi kita inspirasi agar dalam kesulitan hidup, kita mau memiliki hati yang berbelarasa terhadap sesama kita. Ibu itu masih kehilangan anaknya. Ia ingin agar anaknya segera ditemukan bersama pesawat yang hilang itu. Ia ingin anaknya ditemukan dalam keadaan hidup. Dengan demikian, ia boleh berjumpa dengan anaknya itu.

Berbelarasa terhadap sesama yang menderita berarti kita mau menyertai sesama itu. Kita mau mengatakan kepada sesama itu bahwa ia tidak sendirian memikul beban hidupnya. Penderitaan yang ia hadapi juga merupakan penderitaan kita. Dengan demikian, sesama itu mengalami ketenangan dalam hidupnya. Sesama itu tidak merasa cemas secara berlebihan.

Memang, tidak gampang kita ambil bagian dalam penderitaan sesama kita. Lebih mudah kita berdiri jauh-jauh dan mengatai-ngatai sesama itu. Atau lebih mudah kita memberi nasihat-nasihat manis kepadanya. Persoalannya adalah sesama itu tidak membutuhkan nasihat-nasihat manis. Yang dibutuhkan adalah ada teman seperjalanan yang mengerti tentang penderitaanya.

Sebenarnya, ketika kita memiliki belas rasa terhadap sesama yang sedang menderita, kita mau mengatakan bahwa bukan hanya diri kita yang peduli terhadapnya. Lebih dari itu, Tuhan yang peduli terhadap dirinya. Tuhan menyapa dirinya melalui gerak-gerik kita. Tuhan tetap bekerja dalam meringankan beban hidup manusia melalui penyertaan kita.

Mari kita terus-menerus memberikan harapan kepada sesama yang menderita melalui penyertaan kita. Dengan demikian, semakin banyak orang mengalami damai dan sukacita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1149

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.